Resume Jurnal Manajemen Perubahan 1
Nama : Lianna Sugandi
Judul Jurnal : Dampak Implementasi
Change Management Pada Organisasi
ABSTRACT
Changes have
survival benefits for an organization. without any change, it can be ascertained
that the
age of the
organization will not last long. Changes intend to make the organization not a
static but remained
dynamic in the
face of changing times. A leader should have a vision and a change in the
strategy based on
assumptions
about future conditions that are expected to occur. Only a leader who owns the
personality,
behavior, and the sense
of power that is able to deal with change.
ABSTRAK
Perubahan
mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup suatu organisasi. Tanpa adanya
perubahan,
dapat dipastikan
usia organisasi tidak akan bertahan lama. Perubahan organisasi bertujuan agar
organisasi
tidak menjadi
statis melainkan tetap dinamis dalam menghadapi perkembangan jaman. Seorang
pemimpin
melakukan
perubahan dengan visi dan strategi yang didasarkan pada asumsi tentang keadaan
di masa depan
yang
diperkirakan akan terjadi. Hanya pemimpin yang memiliki personality, behavior,
dan the sense of power
yang mampu menghadapi
perubahan.
Pendahuluan
Mangkuprawira Sjafri (2006) mengatakan bahwa dalam suaru
organisasi bisnis, umur manusia menjadi hal yang strategis dalam proses
produksi. Bagaimana mengendalikan dan mengelola mereka telah menjadi persoalan
sendiri dari suatu organisasi. Dan dewasa ini kita tahu bahwa perubahan yang
semakin meningkat tak mungkin dihindari lagi dalam kehidupan manusia. Sebagai
mana kita hidup dalma dunia yang penuh perubahan (Winardi J., 2010).
Heller R. (2002) mengatakan bahwa perubahan adalah
elemen manajemen bisnis yang terpenting, agar kompertitif dalam pasar yang
semakin agresif, organisasi dan orang-oran didalamnya haruslah bersikap positif
terhadap perubahan. Menurut Heller R. (2002) mengabaikan atau menyepelekan
perubahan tren maka oraganisasi akan merugi.
Tujuan konkrit dari manajemen perubahan (Change
Management) Bagi beberapa organisasi yang berbeda mungkin tidak sama. Namun
etos manajemen perubahan samaa yaitu, menjadikan organisasi lebih efektif,
efisien dan responsif terhadap perubahan yang terjadi didalam organisasi.
Proses perubahan biasa dilakukan melalui focus perubahan keorganisasian dan
dimulai dari dunia usaha yang lebih dulu menyadari pentingnya perubahan baik
organisasi yang kecil ataupun besar, baik disektor swasta ataupun publik.
Hasil dan Pembahasan
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan
adalah (1) teknologi, (2) kondisi ekonomi, (3) kompetisi global, (4) adanya
perubahan sosial dan demografik, (5) tantangan-tantangan internal. Menurut
Winardi J. (2010) Perubahan-perubahan yang terjadi pada organisasi-organisasi
ditimbulkan oleh aneka macam kekuatan eksternal dan internal. Untuk dapat
berkembang dann bertahan maka organisasi-organisasi perlu bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap berbagai macam kekuatan. Organiasasi yang
melaksanakan kegiatan inovasi dan secara kesinambungan untuk memperbaiki
organisasi yang melaksanakan kegiata inovasi dan secara kesinambungan untuk
memperbaiki produk guna memenuhi permintaan konsumen yang berubah dan untuk
menghadapi pesaing.
Ada banyak faktor yang bisa membuat dibutuhkannya
tindakan perubahan. Pakar perilaku didalam perusahaan yang dalam bukuna Organizational
Behavior yang ditulis oleh Kreiner Robert dan Kinicki Angelo (2001) yang
dikutip oleh Gunawan R., D,. Suryono R., R., dan Purwanto I.,, (201) mengatakan
bahwa ada dua kekuatan yang dapat mendorong munculnya kebutuhan untuk melakukan
perubahan yaitu (1) kekuatan eksternal, yaitu kekuatan yang muncul dari luar
organisasi seperti karakteristik demografis ( usia pendidikan tingkat
keterampilan, jenis kelamin, imigrasi dll. Perkembangan teknologi
perubahan-perubahan pasar, tekanan-tekanan social dan politik, (2) kekuatan
internal, yaitu kekuatan yang muncul dari dalam organisasi, seperti
masalah-masalah sumber daya manusia (Kebutuhan yang tidak terpenuhi,
ketidakpuasa kerja, produktifitas, motivasi kerja dan sebagainya), perilaku dan
keputusan manajemen.
Kegagalan Manajemen Perubahan
Menurut survei progran total quality management
(TQM) dari Schaffer dan Thompson yang dikutip song Xiongwei (2010) bahwa 229
perusahaan dari 300 perusahaan elektronik yang disurvei di Amerika Serikat
Bahwa 63% perusahaan gagal meraih perbaikan mutu dan hanya 10% saja dari
program ini yang berhasil. Di Eropa, Khususnya negara Inggris hanya 8% yang berhasil
melakukan perubahan dari dua pertiga 500 perusahaan teratas.
Perspektif Manajemen Perubahan
Menurut Soerjogoeritno E.R., (2004) perubahan
organisasional dapat dilakukan melalui perspektif manajemen perubahan. Dasar
dari perspektif manajmen perubahan tersebut ada empat dimensi utama yaitu : (1)
berkaitan dengan konsep tentang proses perubahan, (2) berkaitan dengan Konteks
dan ketidakpastian, (3) berkaitan dengan konsep tentang isi dan skala perubahan
yang akan dilakukan, (4) berkaitan degan metode dan strategi yang dipilih dalam
mengelola perubahan dimensi pertama yang muncul mengenai konsep tentang proses
perubahan. Konsep mengenai proses perubahann ini akan memberikan pemahaman
tentang proses perubahan yang dapat dijadikan dasar dalam menciptakan kondisi
sehingga memungkinkan terjadinya perubahan.
Dimensi kedua ini mengenai konteks dan
ketidakpastian terkait dengan alasan mengenai mengapa harus berubah. Jika
dikaitkan dengan fenomena didalam lingkungan bisnis yang terus mengalami
perubahan yang dinamis maka pertanyaan seperti “ apakahi kita harus berubah ?”
menjadi tidak relevan lagi untuk dikemukakan. Pertanyaan yangn lebih penting
adalah “ darimana perubahan akan dimulai ?” dan “ apakah perubahan akan menjadi
hal yang lebih baik?”, “Kapan seharusnya perubahan dilakukan?” jawaban dari
pertanyaan seperti itu akan menjadi dasar untuk membangun suatu konsep kegiatan
bahkan menjadi landasan dalam mengelola perubahan.
Dimensi ketiga yaitu mengenai konsep
tentang isi dan skala perubahan yang akan dilakukan dimensi ini mensyaratkan
bahwa perubahan haruslah dipersepsikan sebagai sesuatu yang membumi dan dapat
dijangkau oleh pemikiran. Ketika arah perubahan dipersepsikan sebagai sesuatu
yabg tinggi maka yang tercipta adalah resistensi yang kuat dalam menolak perubahan.
Arah perubahan yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan dan kepentingan
organisasi. Jika perubahan dipersepsikan sebagai sesuatu yan gmembuat
ketidaknyamanan anggota organisasi dengan posisi dan kondisi yang baru. Dimensi
yang terakhir menyankut metode atau strategi yang dipilih dalam melakukan
perubahan. Dimensi ini memunculkan pertanyaan tentang, “ Strategi apa yang akan
digunakan?”. Serta pemilihan metode dan strategi yang tepat merupakan faktor
penentu keberhasilan organisasi dalam melakukan perubahan.
Kapan
Perubahan Terjadi dan Kapan Dilakukan
Soerjogoeritno (2004) menjelaskan ada tiga faktor yang mendorong
terjadinya perubahan organisasi yaitu: (1) jumlah ketidakpuasan dengan kondisi
sekarang. Semakin besar rasa ketidakpuasan dengan kondisi sekarang maka akan
semakin mendorong untuk melakukan perubahan (2) ketersediaan alternatif yang
diinginkan. Semakin banyak alternatif yang tersedia yang lebih layak untuk
memperbarui kondisi sekarang menuju kondisi yang lebih baik maka semakin
menguntungkan bila melakukan perubahan; (3) dengan adanya suatu perencanaan
untuk mencapai alternatif yang diinginkan dan bila perencanaan yang baik dan
sistematis berarti semakin terbuka peluang melakukan perubahan.
Dengan kata lain konsep ini menganjurkan agar organisasi tidak
menunggu hingga dalam keadaan sakit untuk melakukan perubahan dan merekrut
orang-orang baru yang lebih “fresh”
jika tidak dipaksakan demikian maka organisasi akan tenggelam. Perubahan sangat
memerlukan analisis tajam yang akan menentukan titik-titik mana yang harus
diutamakan. Perubahan dilakukan untuk melangsungkan kehidupan. Dan untuk itu,
pelaksanaannya harus dilakukan secara konseptual, sistematis dan bertahap.
Sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan sewaktu akan dilakukan
perubahan pada sebuah organisasi menurut Winardi J. (2010), yaitu: (1) agen
perubahan; (2) menetapkan apa yang perlu diubah; (3) jenis perubahan yang akan
dilakukan; (4) para individu yang dipengaruhi oleh perubahan; (5) evaluasi
perubahan tersebut. Proses keorganisasian memiliki dua macam tujuan yaitu: (1)
menyesuaikan organisasi yang bersangkutan dengan lingkungannya dan (2) mengubah
periilaku para karyawan (winardi j., 2010).
Proses Perubahan yang Direncanakan
.
Gambar 1
Pengaruh kolektif dari lima macam faktor pokok atas keberhasilan mengubah
sebuah organisasi (Winardi J., 2010)
Resistensi Perubahan
Banyak
hal yang menjadi alasan mengapa organisasi lebih suka mempertahankan status quo
yang ada dan menolak untuk melakukan perubahan. Penolakan terhadap perubahan
suatu hal yang sering terjadi dan bersifat alamiah menurut Handoko H.T.,
Reksohadiprodjo (1997) penyebab timbulnya penolakan adalah: kepentingan
pribadi, salah pengertian, norma, dan kesimbangan kekuatan serta adanya
berbagai perbedaan seperti nilai dan tujuan. Adanya rasa kehilangan rasa
nyaman, kekuasaan, uang keamanan serta identitas dan keuntungan-keuntungan lain
yang ditimbulkan.
Soerjogoeritno
E.R.. (2004) mengidentifikasi beberapa penyebab adanya penolakan terhadap
perubahan di antaranya: (1) tidak adanya pemahaman akan kebutuhan untuk
berubah; (2) tidak kondusifnya lingkungan perubahan; (3) perubahan yang akan
dilakukan bertentangan dengan nilai-nilai dasar organisasi;(4) kesalahan dalam
memahami perubahan dan implikasi-implikasinya;(5) adanya pemahaman bahwa
perubahan yang akan dilakukan merupakan bukan pilihan yang terbaik bagi
organisasi; (6) tidak adanya keyakinan bagi orang-orang yang mengajukan rencana
perubahan; (7) adanya ketidakadilan dalam menjalankan proses perubahan.
Dampak
utama dari kesalahan yang dilakukan dalam mengelola perubahan adalah munculnya
resistensi dari para manajer atau para karyawan yang terkait terhadap perubahan
yang dilakukan oleh organisasi. Resistensi terhadap perubahan sebagai suatu
reaksi emosional / tingkah laku yang muncul sebagai respon terhadap munculnya
ancaman, baik nyata atau imajiner bila terjadi perubahan pada pekerjaan rutin
(Gunawan R.,D., Suryono Ryan R., Purwanto I., 2010).
Bentuk-Bentuk Strategi
Perubahan
Menurut
Kasali (2010) ada banyak istilah yang lazim dipakai dalam strategi perubahan.
Istilah itu antara lain adalah (1) change
management. (2) turnaround management.
(3) crisis management (4) reformasi
(5) transformasi (6) adaptive strategy.
Strategi perubahan juga dikenal lewat program-programnya seperti: (1)
downsizing, (2) rightsizing, (3) reengineering, (4) restrukturisasi. Sedangkan
Platt (2001) dalam Kasali (2010) mengatakan strategi perubahan dapat dibedakan
dalam tiga kategori yaitu: (1) transformasional manajemen (2) turnaround
manajemen (3) krisis manajemen. Transformasi manajemen biasanya dilakukan oleh
organisasi yang sehat, atau organisasi yang mulai menangkap adanya
signal-signal yang kurang baik.
Kesalahan terbesar biasanya dimulai dengan menyepelekan tanda-tanda
kemunduran dengan hanya melakukan perubahan operasional belaka. Perubahan
operasional saja tentu tidak akan mampu menghasilkan kemajuan-kemajuan
strategis. Semua bentuk perubahan harus dikenal dengan baik oleh pemimpin
perubahan dan perlu dilakukan secara konseptual sehingga tidak berhenti
ditengah jalan. Perubahan transformasional dapat disamakan dengan apa yang
dikatakan Greiner (1998) sebagai perubahan yang mempunyai sifat evolusioner,
yaitu perubahan yang dilakukan secara bertahap dan membutuhkan waktu yang lama
dalam jangka panjang. Strategi transformasi muncul sebagai antisipasi perubahan
sebelum terjadinya tuntutan akan perubahan.
Kunci
Sukses Pemimpin dalam Mengelola Perubahan
Keinginan untuk berubah hanya pada segelintir orang saja dalam
organisasi, perubahan dapat dilakukan jika memiliki inisiatif yang timbul dari
kesadaran akan pentingnya suatu perubahan. Seorang pencetus akan memulai dan
mungkin memimpin proses perubahan tersebut dan akan ada upaya untuk mengajak
anggota lain melakukan perubahan. Hal ini memungkinkan perubahan dapat diakui
sebagai suatu keharusan oleh seluruh anggota organisasi. Tetapi sebuah
keinginan pasti akan menimbulkan penolakan terhadap perubahan, bila keinginan
dan kebutuhan untuk berubah tersebut kuat maka penolakan tersebut akan
diupayakan untuk dieliminir
Mengelola Resistensi terhadap
Perubahan
Tidak
ada organisasi yang dapat menghindari perubahan. Perubahan memunculkan
kekhawatiran sebab orang takut akan kerugian ekonomis, ketidaknyamanan,
ketidakpastian, dan keterputusan dari pola-pola sosial yang umum. Hampir setiap
perubahan dalam struktur, teknologi, manusia atau strategi mempunyai potensi
untuk mengganggu pola interaksi yang sudah nyaman. Menurut David Fred R.
(2010), resistensi terhadap perubahan bisa dianggap sebagai ancaman terbesar
bagi penerapan strategi yang berhasil.
Resistensi
terhadap perubahan bisa muncul ditahap atau ditingkat manapun dari proses
penerapan strategi. Menurut David Fred R. (2010) untuk menerapkan perubahan ada
tiga strategis yang lazim digunakan adalah (1) strategi perubahan paksa, (2)
strategi perubahan edukatif, (3) strategi perubahan rasional atau demi
kepentingan sendiri. Strategi perubahan paksa (force change strategy) meliputi dikeluarkannya perintah dan
kewajiban untuk menjalankan perintah tersebut; keunggulan strategi ini terletak
pada kecepatannya, tetapi sisi negatifnya adalah rendahnya komitmen dan
tingginya resistensi.
Strategi
perubahan edukatif (educative change
strategy) adalah strategi yang menyajikan informasi untuk meyakinkan orang
akan perlunya perubahan, kelemahan strategi perubahan edukatif adalah bahwa
penerapannya menjadi lambat dan sulit.
Jenis
strategi ini menghasilkan komitmen yang lebih tinggi dan resistensi yang lebih
sedikit daripada strategi perubahan paksa. Terakhir strategi perubahan rasional
demi kepentingan sendiri (rational or
self interest change strategy) adalah strategi yang berusaha meyakinkan
individu -individu bahwa perubahan itu perlu demi keuntungan atau kepentingan
pribadi mereka. Jika upaya ini berhasil,
penerapan strategi dapat
dijalankan dengan relatif mudah. Perubahan penerapan jarang yang menawarkan
keuntungan bagi semua pihak.
Strategi perubahan rasional adalah yang paling baik, sehingga
pendekatan ini akan kita cermati sedikit lebih mendalam. Seorang manajer dapat
meningkatkan kemungkinan keberhasilan penerapan strategi dengan secara cermat
menyusun upaya-upaya perubahan. Jack Duncan dalam David Fred R. (2010)
menyatakan bahwa strategi perubahan rasional terdiri dari empat langkah yaitu
(1) karyawan diundang untuk berpartisipasi dalam proses perubahan dan
detil-detil transisi; (2) motivasi atau insentif tertentu untuk perubahan
sangat diperlukan; (3) komunikasi dibutuhkan sehingga orang dapat memahami
tujuan atau maksud dari perubahan; (4) memberikan umpan balik kepada setiap
orang untuk mengetahui kemajuan yang dicapai.
PENUTUP
Agar tetap survive
menghadapi persaingan yang global seperti sekarang ini, sebuah organisasi harus
melakukan perubahan tidak terkecuali. Dalam pelaksanaan perubahan dalam
organisasi diperlukan adanya sosialisasi yang bertujuan untuk menggambarkan
perubahan secara nyata kepada setiap karyawan dan mampu memberikan cermin
perubahan untuk dapat dilihat setiap karyawan tentang wujud asli dari perubahan
guna menghindarkan terjadinya kebingungan para pegawai dalam mengapresiasikan
perilaku dan budaya dalam bekerja serta meminimalisir resistensi yang menjadi
penyebab kegagalan dalam melaksanakan perubahan organisasi tersebut. Perubahan
dilakukan untuk memberikan dampak positif bagi organisasi yang cenderung akan
menjadi tantangan yang menarik bagi karyawan yang dapat memahami arah perubahan
dalam memberikan respon terhadap perubahan yang terjadi.
Pihak
organisasi perlu melakukan evaluasi terhadap implementasi dan penilaian, dampak
yang ditimbulkan guna mengetahui kemajuan, memberikan umpan balik dalam rangka
penyempurnaan instrument perubahan organisasi. Analisis terhadap faktor-faktor
penentu keberhasilan dan faktor yang dapat menimbulkan kegagalan guna menjaga
kesinambungan proses perubahan dalam organisasi yang positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar